Recent Posts

AVICENNA


            Saya yakin, orang-orang yang tidak peduli pada ilmu pengetahuan akan segera berhenti membaca tulisan ini saat mereka tahu bahwa pokok pembahasan tulisan ini adalah tentang seorang tokoh besar Islam yang tidak nadir di dengar telinga mereka, Ibnu Sina.
            Orang-orang yang menutup mata atas kegemilagan Islam di masa lalu dan memilih kaca pembesar unuk melihat apa yang terjadi di dunia barat sekarang ini tentulah tak akan pernah tertarik mendengar nama Ibnu Sina atau lebih lengkapnya Abu Ali Husain Ibn Abdullah ibn Sina, yang bahkan dielu-elukan oleh bangsa barat yang mereka puja.
            Avicenna, begitu nama beliau disebut oleh ilmuwan-ilmuwan barat, semasa hidupnya yang tak panjang - 58 tahun -, Ibnu Sina telah menulis lebih dari 450 buku dan jurnal. Jika menelaah masterpiece-nya “Al Qanun At Thib ( Canon of Medicine )” dapat disimpulka bahwa dunia kita saat ini terlalu jauh dari sekedar ketinggalan jaman, menilik saat itu belum ditemukan teknologi internet bahkan mesin motor sekalipun. Namun 10 abad yang lalu, di buku itu Ibnu Sina menerangkan tentang efek placebo, teori penularan TBC, operasi tumor, bahkan virus kanker.
            Di kota Bukhara tahun 980 M Ibnu Sina lahir dalam keluarga yang cukup berada dan terpandang. Orang tua Ibnu Sina sangat memphatikan pendidikannya. Pada Umur 7 tahun, Ibnu Sina telah berhasil menghafal Al Qur’an, memahami metafisika dan semua filsafat Aristoteles di umur 8 tahun. Kecerdasan Ibnu Sina terus berkembang, pada umur 16 tahun Ibnu Sina mulai mempelajari kedokteran setelah sebelumnya berhasil mendapat julukan penyair terbaik, hafidz Qur’an, musikus dan seabrek julukan lain yang ia sandang. Pada umur 17 tahun Ibnu Sina berhasil menyembuhkan seorang raja di Bukhara Amir Nooh Ibnu Mansoor dari sakit kerasnya, setelah semua tabib terkenal gagal menyembuhkan sang raja, berkat jasanya tersebut Ibnu Sina diizinkan mengakses perpustakaan kerajaan sesuai permintaanya. Dan pada umur 18 tahun ia berhasil mendapat gelar fisikawan di zamannya. Semasa hidupnya Ibnu Sina terus menulis buku dan jurnal, hingga pada tahun 1037 M Ibnu Sina wafat di Hamadan, Iran.
            Diantara buku-buku dan jurnal yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab Mantiq Al Syifa’ dan Al Qanun At Thib adalah yang paling terkenal sepanjang masa. Masterpiece-nya ini menjadi rujukan utama dan paling otentik selama beberapa abad. As Syifa ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, ilmu alam, dan ilahiyat. Hingga saat ini Mantiq Al Syifa adalah buku yang paling otentik dalam mantiq islami. Di Al Qanun At Thib beliau telah menemukan peredaran darah dan anatominya 600 tahun sebelum William Harvey.
            Ibnu Sina juga pelopor psikofisiologi, psikosomatik, dan neuropsikioatri. Dari sini beliau banyak menulis tentang psikologi dan psikiatri jauh sebelum Carl Jung dan Sigmund Freud. Hingga gagasan Rumah Sakit Jiwa juga muncul darinya, saat Eropa masih membakar orang gila dengan alasan mereka adalah jelmaan iblis.
            Di bidang kimia Ibnu Sina menemukan teknik destilasi uap untuk mengeksrtrak minyak astiri dari herbal dan rempah. Diluar itu Ibnu Sina juga meneliti tentang penembakan proyektil , klasifikasi ilmu sederhana dan kombinasinya, manfaat etanol dan penemuan-penemuan menakjubkan lainnya.
            Dengan segala pencapaiannya tidak lantas membuat hidup Ibnu Sina selalu ada dalam gelimang harta dan pujian. Dengan segala kebijakannya Ibnu Sina memilih untuk berpetualang dan menimba ilmu dari setiap orang yang ditemuinya. Bahkan menurut riwayat, Ibnu Sina mempelajari aritmatika dari seorang tukang sayur.
            Bila sekarang kita mengenal Ary Ginanjar sebagai founder ESQ, maka 1000 tahun sebelumnya negeri-negeri timur dan barat mengenal Ibnu Sina dan Avicenna sebagai pakar konsep pengembangan diri. Ibnu Sina mengungkapkan creative mind sebagai kekuatan tebesar yang tersembunyi dalam diri manusia. Ia juga menulis tentang The Power of Self dan pentingnya auto sugesti untuk penyembuhan dan peningkatan diri.
            Saat ini dunia sangat mengakui eksistensi Ibnu Sina. NASA menamakan satu kawah dibulan dengan nama Avicenna. Di barat dan di timur nama Avicenna dan Ibnu Sina banyak digunakan untuk sekolah medis, rumah sakit, klinik pengobatan, hingga hotel dan salon kesehatan. UNESCO memiliki ajang Avicenna Prize untuk mereka yang berjasa dalam bidang penellitian, sebuah spesies bakau pun di namai Avecennia untuk mengenang jasanya.
            Jika anda memang orang yang peduli dengan peradaban dan kemajuan Islam, mengapa tidak menjadi Ibnu Sina abad 21? atau menciptakan Avicenna millenium?. Bekerja dan berkarya adalah hal terbaik yang bisa manusia lakukan, Ibnu Sina berkata “Saya memilih umur pendek yang penuh makna dan karya daripada umur panjang yang hampa.

0 komentar: