aku menyentuhnya dengan jemariku, membiarkan rangsanganya menembus kulkitku, mempengaruhi ruang paruku yang segera penuh dengan oksigen bersih, menghembuskannya perlahan, menikmati setiap nikmatNya. Sungai Thames masih seperti dulu, tenang. Dan segera merespon saat aku menyentuhkan jemariku ke permukaannya. Sungai Thames masih seperti dulu, tidak pernah peduli pada hiruk pikik jembatan diatasnya. Apa alasan hingga ia bertahan diantara gedung-gedung angkuh ini? diantara himpitan zaman yang mulai merongsok. Adakah aku bertahan? seperti sungai Thames yang enggan menghilang.
RESUME PENGANTAR ILMU FILSAFAT
RESUME
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
1.
Pendahuluan
A.
Antara Kita dan Filsafat
Pada
dasarnya studi filsafat adalah sebuah studi tentang aktivitas pikir
manusia, bahkan filsafat merupakan aktivitas itu sendiri. Setiap perilaku
manusia adalah cerminan atau simbol dari aktivitas pikirnya. Sebanyak apa pola
perilaku manusia, sebanyak itu pula pola pikir manusia. Para pemula biasa
menyebut dunia filsafat adalah “dunia baru”. Tetapi bukan “dunia lain”. Karena
filsafat sebenarnya dekat dengan kita. Filsafat adalah ilmu yang membicarakan
tentang suatu objek yang tidak jauh dengan kita, bahkan kita sendiri.
Filsafat disebut dengan filsafat
qadratiyah dalam artian suatu pola pikir yang terbentuk secara alamiyah,
tidak melalui belajar. Walaupun begitu, manusia perlu meningkatkan kreativitas
daya pikirnya agar dapat menguasai dan menekuni suatu bidang secara
profesional, melakukan terobosan baru, dan melakukan prediksi-prediksi dengan
tepat. Terkait dengan ini, filsafat dikenal dengan logika referensi.
Filsafat memiliki makna “cinta
kearifan”. Maka pola pikir kefilsafatan bersifat teratur, sistematis, dan
konsisten. Filsafat juga menunjukkan cara filsuf menyelesaikan permasalahan.
Filsafat memang mengajarkan banyak pola pikir sebagai bahan perbandingan
pemikiran. Supaya kita bisa melakukan evaluasi diri, menentukan pola pikir, dan
mengkonstruksi pola pikir alternatif.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa
masalah yang sering muncul pada masyarakat disebabkan oleh cenderung tidak mau
“pikir panjang”, hanya memenuhi “kepentingan sesaat”. Sehingga sukanya
mengambil jalan pintas. Di sinilah filsafat dapat berperan dalam memberikan
dasar-dasar bagi terbangunnya suatu kesadaran kreatif, peka dan jernih dalam
melihat persoalan.
Maka filsafat adalah bidang pelajaran
wajib para intelektual dan ilmuwan agar dapat melahirkan ahli-ahli yang
berpikiran cemerlang. Untuk memenuhi kebutuhan para intelektual dan ilmuwan
dari berbagai bidang maka filsafat dibagi dan dijabarkan dalam berbagai cabang
ilmu antara lain : filsafat umum, filsafat politik, filsafat agama, filsafat
sains, filsafat moral, dan berbagai macam cabang ilmu filsafat lainnya.
B.
Filsafat, Satu Bidang Yang Unik
Dalam
mempelajari filsafat, proses memahami adalah suatu proses yang diawali dengan
adanya sikap empati, yaitu suatu i’tikad untuk “mendengarkan dengan
sabar”. Dengan begitu permasalahan akan mudah dipahami. Filsafat memberikan
dasar-dasar pemahaman tentang pengetahuan, karenanya filsafat juga merupakan
satu “jenis pengetahuan” yang terbuka (open mind). Maksudnya terbuka untuk
dipahami, karena memang sifatnya memahamkan. Dan juga terbuka untuk kritik jika
ternyata tidak dapat dipahami pola pikirnya, lebih-lebih jika memang salah.
Sesuatu
dapat disebut pengetahuan jika ia memberi pemahaman, sehingga bisa diterima.
Dengan bahasa lain adalah sebuah “teori kebenaran”. Terdapat tiga terori
tentang kebenaran (pengetahuan) yaitu :
1. Koherensi : Pengetahuan yang diperoleh dengan mengikuti
hukum-hukum logika. Tidak terdapat pertentangan dalam dirinya dan pengetahuan
yang lalu.
2. Korespondensi :
Pengetahuan yang memiliki kadar dengan realitas sebenarnya. Prosesnya dengan
mengikuti dinamika perkembangan fakta yang ada.
3. Pragmatisme :
Pengetahuan dengan kadar kebenaran pragmatisme. Benar jika membawa akibat
praktis.
Objek kajian filsafat ada tiga,
yaitu alam, manusia, dan Tuhan. Menurut objeknya filsafat terbagi atas tiga
cabang, yaitu kosmologi, antropologi, dan teologi.
Keunikan filsafat terletak pada
perspektifnya. Filsafat hanya memiliki satu perspektif saja dalam melihat dunia
(world view), dengan pengakuan masih banyak lagi perspektif yang lain.
Perbedaan pandangan pasti terjadi, tetapi bukan dari cara pandang yang sama.
2.
Filsafat: Pengetahuan Tentang Pengetahuan
Filsafat adalah satu bidang
pengetahuan yang mengungkap kegiatan berpikir. Sehingga seseorang bisa
mendapatkan pengetahuan tentang sesuatu sekaligus memahami tentang proses
pengetahuannya itu. Berdasarkan metodenya, filsafat terbagi atas pengetahuan
pengalaman, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama.
A.
Pengetahuan Pengalaman
Dalam filsafat, istilah pengalaman,
kecuali bermakna pengalaman indrawi, juga bermakna pengalaman psikis, bahkan
pengalaman intuitif (batini). Pengalaman itu hanya bisa dirasakan namun tidak
bisa diungkapkan dengan kata-kata (unspeakable). Maka akan terjadi perubahan
(transformasi) rohani. Inilah yang disebut pengalaman intuitif.
B.
Pengetahuan Ilmiah
Sebutan lainnya adalah scientifc
knowledge ialah pengetahuan yang menggunakan metode khusus, “metode
Ilmiah”. Sesuatu dapat dikatakan ilmiah jika dapat dibuktikan dengan riset dan
eksperimen. Usaha para ilmuwan dalam melakukan riset untuk mengungkap gejala
alam ini telah melahirkan disiplin ilmu alam (science). Berbekal
hukumk-hukum yang ditemukan, mereka melakukan proses rekayasa yang berbentuk
teknologi.
C.
Pengetahuan Agama
Pengetahuan agama adalah jenis
pengetahuan yang berobjek pada sumber-sumber keagamaan yang dalam Islam terdiri
dari wahyu Al-Quran dan sunnah Rasul, yang dikaji dalam berbagai aspek.
Pengetahuan agama dapat dihasilkan dengan melalui proses yang kompleks
danpanjang. Tidak hanya memerlukan keterampilan, kemampuan, dan kecerdasan
saja. Melainkan membutuhkan kearifan, kekhusu’an, dan i’tikad untuk
melaksanakan hukum-hukum Allah di muka bumi.
3.
Cabang Kajian Filasafat: Problem Kemanusiaan
Secara umum filsafat dapat digambarkan dengan:
Fungsi dari adanya cabang-cabang
filsafat adalah:
1.
10 cabang filsafat ada;ah pintu gerbang untuk memahami kompleksitas kehidupan
2.
Juga merupakan latihan perenungan yang menarik
A.
Metafisika
Merupakan cabang tertua filsafat.
Bermula dari ketertarikan untuk mengungkap misteri dibalik realitas. Sesuai
dengan maknanya yaitu meta: dibalik, fisika: alam fisik (dzahir). Secara
harfiah dapat diartikan sebagai salah satu cabang yang berbicara tentang
hal-hal yang berada dibalik fisik (indera). Maka metafisika sebagai salah satu
cabnag filsafat dapat diartikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari hal-hal
uyang sifatnya tidak inderawi namun merupakan pokok-pokok kehidupan. Pemikiran
metafisika bisa dilihat dari sikap dan perilakunya terhadap alam fisik.
B.
Epistemologi
Istilah ini berasal dari bahasa
Yunani, episteme atau pengetahuan dan logos atau ilmu. Maka eistemologi adalah
ilmu tentang penathuan. Kegiatannya meliputi tiga persoalan pokok;
1) Sumber pengetahuan (Inderawi, rasional,
intuisi, inderawi-rasional)
2) Bagaimana cara memperoleh ilmu
pengetahuan
3) Validitas : bagaimana hakikat kebenaran
ilmu pengetahuan. Yang dibagi menjadi tiga: a.
Koherensi
b.
Korespondensi
c.
Konvensi
Epistemologi dan filsafat ilmu
memiliki perbedaan pada objek kajiannya (ilmu pengetahuan). Epistemologi
menjadikan pengetahuan sebagai objek kajiannya. Filsafat ilmu, objek kajiannya
adalah ilmu pengetahuan. Bisa dikatakan di sini bahwa filsafat ilmu merupakan
pengembangan dari epistemologi.
C.
Aksiologi
Aksiologi adalah satu cabang
filsafat yang menyelidiki hakikat nilai, maka disebut juga dengan teori
nilai. Terdapat tiga pendapat mengenai
makna “nilai”:
1.
Nilai itu bernilai subjektif
2. Nilai ialah kenyataan yang terbebas dari
‘ruang’ dan ‘waktu’
3.
Nilai itu bukan karena penglihatan manusia melainkan terkait dengan
adanya susunan
realitas ini.
Nilai dibagi dikelompokkan menjadi
dua; Nilai normal dan Nilai material.
D.
Teologi
Teologfi merupakan cabang ilmu dari
kajian metafisika. Dalam Islam teologi diartikan sebagai ushuluddin, yang mana merupakan ilmu yang terkait dengan
pokok-pokok agama. Selama ini kaum sosiologis terdiri dari dua kelompok,
kelompok filsuf-murni dan kelompok agamawan. Lalu muncul kelompok ketiga yaitu
teolog. Namun munculnya teolog menyebabkan perseteruan antara kedua kelompok yang
mana teolog dianggap selalu memasukkan unsur-unsur luar.
Manfaat teologi adalah berusaha
dalam memberikan penyelesaian yang sifatnya teologis terhadap persoalan
kemanusiaan bahkan kealaman yang disebabkan oleh ulah mausia itu sendiri.
E.
Kosmologi
Berasal dari kata kosmos berarti
aturan atau keseluruhan yang teratur. Maka kosmologi adalah pengetahuan
filosofis tentang keteraturan alam. Kekhasan dari kosmologi ialah melakukan
penyelidikan kefilsafatan terhadap hal-hal yang selalu dibahas ilmu alam. Namun
kosmologi bukanlah alam itu sendiri, melainkan pemikiran filosofis tentang
alam. Pandangan inilah yang mempengaruhi sikap dan perilaku manusia terhadap
alam.
F.
Antropologi
Berasal dari kata Yunani: anthropos,
yang berarti manusia. Objek kajian antropologi adalah hakikat manusia. Maka
banyak muncul berbagai cabang ilmu yang mempelajari tentang problema manusia.
Kajian tentang manusia cukup menyita perhatian para filsuf. Karena misteri
manusia dianggap belum terungkap semuanya. Sampai hari ini, diskusi mengenai
manusia terus berlangsung.
G. Logika
Logika merupakan cabang filsafat
yang membicarakan pengetahuan. Dikatakan sebagai ruh filsafat sebab filsafat
ada karena logika. Logika berperan sebagai jalan atau cara sehat untuk
memperoleh pengetahuan yang benar. Pengetahuan atau cara yang benar dan masuk
akal merupakan cara yang bertanggungjawab.
Ada dua macam logika yang dikenal, yaitu
logika tradisional dan modern.
H.
Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu merupakan satu bidang
kajian filsafat yang dapat dipahami dari dua sisi;
Pertama,
sebagai disiplin ilmu. Filsafat ilmu mempelajari ilmu khusus, yaitu ilmu
pengetahuan. Pada dasarnya ilmu pengetahuan ini merupakan representasi fakta
(ungkapan kembali fakta).
Kedua, sebagai landasan filosofis ilmu
pengetahuan. Filsafat ilmu menawarkan banyak pola pikir dengan memperhatikan
kondisi objek dan subjek ilmu, bahkan pola pikir logika sebagai bagian di
dalamnya.
Asumsi
dasar proses keilmuan dapat diidentifikasi oleh filsafat ilmu menjadi beberapa
aliran pemikiran; rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan intuisionisme.
Beberapa ilmu memang dapat diklasifikasikan menurut kesamaan karakternya, atas
dasar kesamaan teori atau paradigmanya.
I.
Etika
Etika adalah bidang kajian filsafat
yang terkait dengan persoalan nilai moral perilaku manusia. Etika merupakan
pemikiran filosofis tentang nilai moral, bukan nilai moral itu sendiri.
Nilai
moral adalah kualitas perilaku baik dari manusia. Ajaran yang memberi manusia
tentang bagaimana berperilaku dengan kualitas baik adalah moralitas atau akhlak
(dalam Islam).
Kecenderungan untuk bertindak
praktis, membuat (ajaran) akhlak sulit dipahami natau lebih tepatnya, membuat
orang kesulitan menyediakan waktu untuk memahaminya, apalagi menfilsafatinya.
Menurunnya nilai moral atau akhlak dewasa ini membuat sejumlah ulama, guru,
tokoh, dan orang tua semakin prihatin dengan keadaan Bangsa.
J.
Estetika
Estetika ialah kajian kefilsafatan
tentang nilai keindahan. Nilai indah dapat ditentukan dari :
·
Objek
itu sendiri
·
Ungkapan
perasaan
·
Kenikmatan
yang diobjetivikasikan
·
Keberhasilan
dari suatu proses pengalaman yang panjang
·
Pertimbangan-pertimbangan
metafisik atau teologis-religius
Adapun
aliran seni sebagai wujud ekspresi terhadap keindahan, yaitu:
·
Aliran
naturalis (menekankan seni pada ekspresi alamiah)
·
Aliran
tradisional (menekankan seni pada konservasi budaya dan tradisi)
·
Aliran
modern (banyak dipengaruhi olah Barat yang bercorak rasional-artifisial)
·
Aliran
religius (ekspresi keagamaan)
Yang
perlu diingat bahwasannya Allah itu Maha Indah, yang mencintai keindahan.
4.
Penutup: Antara Pola Pikir dan Sikap
Dari pembahasan
sebelumya mengenai filsafat, dapat ditarik kesimpulan:
·
Sikap
dan perilaku seseorang itu tidak serta merta dipengaruhi oleh objeknya tetapi
dipengaruhi oleh pola pikir dan dan pandangannya.
·
Dalam
beberapa hal, pandangan manusia tentang suatu objek atau persoalan sangat
ditentukan oleh pandangan lain yang dianggapnya punya otoritas atau lebih
otoritatif.
·
Rekonstruksi
adalah proses menata satu persatu anasir suatu persoalan, kemusian mengolahnya
pada pikiran sehingga timbul pemikiran yang utuh.
5.
Kesimpulan
·
Filsafat
merupakan ilmu yang mengkaji pola pikir manusia. Dimana manusia dapat menjadi
subjek (pelaku kegiatan berpikir) dan objek (bahan pemikiran).
·
Sasaran
kajian filsafat adalah pola pikir manusia yang mana pola pikir tersebut
menentukan sikap dan perilaku manusia. Kajian filsafat itu tidak menyentuh objeknya
secara langsung.
·
Manfaat
mampelajari filsafat ialah untuk mengatasi berbagai problem yang ada pada
masyarakat (human construction).
·
Filsafat
merupakan ilmu yang menarik karena objek kajiannya bervariasi sehingga memiliki
banyak cabang kefilsafatan. Dan akhirnya banyak yang memisahkan diri dari
filsafat ilmu sendiri, membentuk ilmu baru.
Cinta, Jujur, dan Adil
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan hidup manusia
yang selalu ada diantara dua hal; baik-buruk, bahagia-sedih, cinta-benci dan
banyak hal lain yang berpengaruh pada
perkembangan manusia itu sendiri. Hidup manusia yang seperti itulah pada
akhirnya menghasilkan sebuah aturan atau norma-norma dalam menjalani kehidupan.
Dengan harapan minimalisasi kemungkinan penurunan kualitas diri dan terwujudnya
keteraturan dalam hidup.
Masyarakat mempunyai standar moral
yang berhubungan dengan berbagai persoalan apa saja yang dapat menguntungkan
atau merugikan manusia atupun anggota kelompoknya. Dan penentuan standar moral
merupakan bagian dari etika. Apabila aturan-aturan, norma-norma, atau
nilai-nilai yang berlaku dilanggar, maka orang yang melanggarnya akan dikenai
hukuman yang berlau di masyarakat tempatnya bersosialisasi. Agar setiap orang
dapat menerapkan semua aturan di dalam masayarakat dengan baik, maka setiap
orang perlu menanamkan berbagai sikap yang baik seperti kejujuran dan keadilan,
sebab apabila setiap orang telah memiliki sikap jujur dan adil, maka ia akan
selalu bersikap dan berkata jujur di dalam kehidupannya sehari-hari terutama
dalam menjalankan pekerjaan yang menuntut adanya sikap kejujuran. Sehingga ia
akan mudah mendapat percayaan dari orang lain dalam memjalankan tugas tertentu.
Bersikap adil pun tak kalah pentingnya karena lebih menyangkut hubungan antara orang yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal hubungan antara pimpinanan dalam mengatur masyarakatnya ataupun bawahannya kala bekerja. Setiap orang dituntut untuk dapat bersikap adil yaitu tidak membeda-bedakan atau berbuat semena-mena terhadap orang lain. Karena apabila kita dapat berbuat jujur dan adil kepada orang lainnya maka kita dihormati oleh orang lain.
Bersikap adil pun tak kalah pentingnya karena lebih menyangkut hubungan antara orang yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal hubungan antara pimpinanan dalam mengatur masyarakatnya ataupun bawahannya kala bekerja. Setiap orang dituntut untuk dapat bersikap adil yaitu tidak membeda-bedakan atau berbuat semena-mena terhadap orang lain. Karena apabila kita dapat berbuat jujur dan adil kepada orang lainnya maka kita dihormati oleh orang lain.
Dalam konteks bermasyakrakat
dibutuhkan pula sentuhan cinta yang dapat diartikan dengan “rasa peduli”. Rasa
peduli ini diaplikasikan pada lingkunyan yang akan mendukung jalannya
norma-norma dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh lingkungan itu sendiri.
2. Rumusan Masalah
a. Cinta,
Jujur, dan Adil
b. Bentuk
dan macamnya
3. Tujuan
a.
Mengetahui tentang Cinta, Jujur, dan Adil
b.
Mengetahui tentang bentuk dan macamnya
4. Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah hanya membahas tentang
a.
Pengertian Cinta, Jujur, dan Adil
b.
Bentuk dan macamnya
BAB II
PEMBAHASAN
A.Jujur
a.Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial manusia, seringkali kita mendengar bahkan kita sering berbicara mengenai kejujuran. Walupun ada juga yang sring berbicara mengenai kejujuran akan tetapi ketika ditanya pengertiannya tidak dapat menjawab mengenai arti kejujuran. Lalu pertanyaan selanjutnya yang kemudian muncul adalah, bagaimana kita akan bertindak jujur kalau kita tidak mengetahui arti dari sebuah kejujuran?
a.Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial manusia, seringkali kita mendengar bahkan kita sering berbicara mengenai kejujuran. Walupun ada juga yang sring berbicara mengenai kejujuran akan tetapi ketika ditanya pengertiannya tidak dapat menjawab mengenai arti kejujuran. Lalu pertanyaan selanjutnya yang kemudian muncul adalah, bagaimana kita akan bertindak jujur kalau kita tidak mengetahui arti dari sebuah kejujuran?
Banyak sekali pandangan mengenai
pengertian kejujuran. Jujur diartikan sebagai ketulusan hati untuk tidak curang
terhadap diri sendiri dan tidak curang terhadap orang lain. Kejujuran merupakan
keselaranan antara kata hati dan kata yang diucapkan, antara kata yang
diucapkan dan sikap serta perbuatan nyata. Sebagai orang Islam kita dinasehati
untuk selalu berbuat jujur, di tengah berbagai ketidakjujuran
danketidakbenaran, kita harus tetap bersikap benar, jujur dan adil.
Orang yang jujur adalah orang yang
dengan sadar, mau dan rela untuk mengakui segala sesuatu yang terjadi, sesuai
dengan realita yang ada.
Kejujuran terletak dalam multi
dimensi, artinya bahwa kejujuran tidak terletak hanya dalam satu dimensi,
tetapi ada dalam banyak sekali dimensi, bahkan mungkin semua dimensi kehidupan
manusia.
Jujur, adalah sikap pribadi. Jujur
diekspresikan dengan kata-kata atau sikap yang mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya. Tidak ditutupi atau bahkan tidak menipu.
Berikut penulis akan mencoba memberikan pemahaman tetang makna dari kata jujur ini. Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Bila seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena maka seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Bila seseorang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur. Sesuatu atau fenomena yang dihadapi tentu saja apa yang ada pada diri sendiri atau di luar diri sendiri.
Maka apa yang disebut dengan jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap beginilah yang disebut dengan shiddiq. Untuk itu sifat jujur sangatlah penting.
B. Bentuk, macam, dan aneka pegelompokan kejujuran
Bentuk macam, dan aneka pegelompokan
kejujuran adalah sebagai berikut:
1.Jujur niat dan kemauan (shidqu an-niyyah wa al-'azm)
Adalah melakukan segala sesuatu dilandasi motivasi dalam kerangka hnaya mengharap ridha Allah swt. Nilai sebuah amal di hadapan Allah swt. sangat ditentukan oleh niat atau motivasi seseorang. Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang sangat populer menyatakan bahwa sesungguh-nya segala amal manusia ditentukan oleh niatnya. Selain itu, seorang muslim harus senantiasa menimbang-nimbang dan menilai segala sesuatu yang akan dilakukan apakah benar dan bermanfaat. Apabila ia sudah yakin akan kebenaran dan kemanfaatan sesuatu yang akan dilakukan, maka tanpa ragu-ragu lagi akania lakukan. Kadang sesuatu yang benar belum tentu bermanfaat di masyarakat tertentu. Demikian juga sesuatu yang bermanfaat belum tentu benar. Oleh karena itu, pertimbangan benar dan bermanfaat secara bersamaan perlu dikedepankan.
2. Jujur dalam perkataan (shidqu al-lisan)
Jujur dalam bertutur kata adalah bentuk kejujuran yang paling populer di tengah masyarakat. Orang yang selalu berkata jujur akan dikasihi oleh Allah swt. dan dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang berdusta, meski hanya sekali apalagi sering berdusta maka akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Rasulullah mengingatkan:
1.Jujur niat dan kemauan (shidqu an-niyyah wa al-'azm)
Adalah melakukan segala sesuatu dilandasi motivasi dalam kerangka hnaya mengharap ridha Allah swt. Nilai sebuah amal di hadapan Allah swt. sangat ditentukan oleh niat atau motivasi seseorang. Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang sangat populer menyatakan bahwa sesungguh-nya segala amal manusia ditentukan oleh niatnya. Selain itu, seorang muslim harus senantiasa menimbang-nimbang dan menilai segala sesuatu yang akan dilakukan apakah benar dan bermanfaat. Apabila ia sudah yakin akan kebenaran dan kemanfaatan sesuatu yang akan dilakukan, maka tanpa ragu-ragu lagi akania lakukan. Kadang sesuatu yang benar belum tentu bermanfaat di masyarakat tertentu. Demikian juga sesuatu yang bermanfaat belum tentu benar. Oleh karena itu, pertimbangan benar dan bermanfaat secara bersamaan perlu dikedepankan.
2. Jujur dalam perkataan (shidqu al-lisan)
Jujur dalam bertutur kata adalah bentuk kejujuran yang paling populer di tengah masyarakat. Orang yang selalu berkata jujur akan dikasihi oleh Allah swt. dan dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang berdusta, meski hanya sekali apalagi sering berdusta maka akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Rasulullah mengingatkan:
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« اضْمَنُوا لِى سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ
أَضْمَنُ لَكُمُ الْجَنَّةَ اصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ وَأَوْفُوا إِذَا
وَعَدْتُمْ وَأَدُّوا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ وَاحْفَظُوا فُرُوجَكُمْ وَغُضُّوا
أَبْصَارَكُمْ وَكُفُّوا أَيْدِيَكُمْ
"Jaminlah kepadaku enam perkara dari dirt kalian, niscaya aku menjamin bagi kalian surga: jujurlah jika berbicara, pemihilah jika berjanji, tunaikan jika dipercaya, jagalah kemahian kalian, tiinduk-kanlah pandangan, dan tahanlah tangan kalian" (HR. Ahmad)
4. Jujur dalam bermu'amalah (shidq al-mu 'amalah)
Jujur dalam niat, lisan dan jujur dalam berjanji tidak akan sempurna jika tidak dilengkapi dengan jujur ketika berinteraksi atau bermu'amalah dengan orang lain. Seorang muslim tidak pernah menipu, memalsu, dan berkhianat sekalipun terhadap non muslim.
Ketika ia menjual tidak akan me-ngurangj takaran dan timbangan. Pada saat membeli tidak akan memperberat timbangan dan menambah takaran. Orang yang jujur dalam bermu'amalah juga senantiasa bersikap santun, tidak sombong dan tidak pamer (riya). Jika orang tersebut melakukan atau meninggalkan sesuatu, semuanya dalam koridor Allah swt.
Ia tidak tamak dan serakah dalam bermu'amalah. Barang siapa yang selalu bersikap jujur dalam bermu'amalah maka dia akan menjadi kepercayaan masyarakat. Semua orang akan merasa nyaman dan aman berinteraksi dan bermu'amalah dengannya.
5. Jujur dalam berpenampilan sesuai kenyataan (shidq al-hal)
Seorang yang jujur akan senantiasa
menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan yang sebenarnya. Ia tidak memakai
topeng dan baju kepalsuan, tidak mengada-ada dan menampilkan diri secara
bersahaja. Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّ امْرَأَةً
قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي ضَرَّةً فَهَلْ عَلَيَّ جُنَاحٌ إِنْ
تَشَبَّعْتُ مِنْ زَوْجِي غَيْرَ الَّذِي يُعْطِينِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلَابِسِ
ثَوْبَيْ زُورٍ
“Seorang perempuan bertanya, : Ya Rasulullah, aku mempunyai kebutuhan. Maka apakah aku berdosa jika aku berpura-pura telah dicukupi kebutuhanku oleh suamiku dengan apa yang tidak diberikan kepadaku? Rasul bersabda : orang yang berpura-pura tercukupi dengan apa yang tidak diterimanya sama dengan orang yang memakai dua pakaian palsu” (HR Bukhari)
B. Adil
A. Pengertian Adil
Pada dasarnya kata “adil” adalah kata serapan dari Bahasa Arab Al ‘Adl yang dapat diartikan dengan pertengahan, kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan) dan al qisth (moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim. Prinsip ini benar-benar merupakan akhlak mulia yang sangat ditekankan dalam syari’at Islam, sehingga wajar kalau tuntunan dan aturan agama semuanya dibangun di atas dasar keadilan dan seluruh lapisan manusia diperintah untuk berlaku adil. Adil adalah memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah swt .
A. Pengertian Adil
Pada dasarnya kata “adil” adalah kata serapan dari Bahasa Arab Al ‘Adl yang dapat diartikan dengan pertengahan, kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan) dan al qisth (moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim. Prinsip ini benar-benar merupakan akhlak mulia yang sangat ditekankan dalam syari’at Islam, sehingga wajar kalau tuntunan dan aturan agama semuanya dibangun di atas dasar keadilan dan seluruh lapisan manusia diperintah untuk berlaku adil. Adil adalah memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah swt .
Allah swt berfirman
:”Wahai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan
kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa
yang kamu kerjakan.(QS. An-Nisa’:135)
Islam memerintahkan kepada kita agar kita berlaku adil kepada semua manusia. yaitu keadilan seorang Muslim terhadap orang yang dicintai, dan keadilan seorang Muslim terhadap orang yang dibenci. Sehingga perasaan cinta itu tidak bersekongkol dengan kebathilan, dan perasaan benci itu tidak mencegah dia dari berbuat adil (insaf) dan memberikan kebenaran kepada yang berhak.
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu .” (An-Nisa’: 135)
Islam memerintahkan kepada kita agar kita berlaku adil kepada semua manusia. yaitu keadilan seorang Muslim terhadap orang yang dicintai, dan keadilan seorang Muslim terhadap orang yang dibenci. Sehingga perasaan cinta itu tidak bersekongkol dengan kebathilan, dan perasaan benci itu tidak mencegah dia dari berbuat adil (insaf) dan memberikan kebenaran kepada yang berhak.
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu .” (An-Nisa’: 135)
B. Macam – macam Keadilan
a. Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan clan hukum merupakan substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat clan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (The man behind the gun).
Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal. Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam masyarakt bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara baik menurut kemampuannya.
Fungsi penguasa ialah membagi-bagikan fungsi-fungsi dalam negara kepada masing-masing orang sesuai dengan keserasian itu. Setiap orang tidak mencampuri tugas dan urusan yang tidak cocok baginya. Ketidakadilan terjadi apabila ada campur tangan terhadap pihak lain yang melaksanakan tugas-tugas yang selaras sebab hal itu akan menciptakan pertentangan dan ketidakserasian. Misalnya, seorang pengurus kesehatan mencampuri urusan pendidikan, atau seorang petugas pertanian mencampuri urusan petugas kehutanan. Bila itu dilakukan maka akan terjadi kekacauan.
b. Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally).
c. Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat. Adil menurut para Filsafat lainnya :
a. Menurut Socrates , keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
b. Menurut Kong Hu Cu Keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Dari semua itu dapat disumpulkan bahwa " Keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama".
C. Cinta
A. Pengertian
Cinta
Cinta dalam
Bahasa Arab adalah Al Hubbu atau
rasa suka, dalam Bahasa Indonesia sendiri dapat daartikan cinta adalah
sangat menyukai sesuatu ebih dari yang lain.
Cinta pada umumnya diartikan sebagai sebuah rasa yang condong untuk melindungi
dan memiliki antar makhluk hidup. Namun yang penulis maksudkan dengan cinta
disini adalah rasa peduli yang muncul pada sesama, saling mengasihi dan
memahami.
Dalam pengaplikasiannya cinta
memiliki banyak bentuk.Hal ini dapat diketahui dari makna cinta itu sendiri
yang berbeda-beda menurut masing-masing individu. Namun karena banyak
pengertian yang didapat dari kata cinta, maka banyak pula hal-hal yang
menyeleweng yang mengatasnamakan cinta padahal perbuatan itu sendiri sudah
sangat jauh dari makna cinta.
B. Bentuk
Cinta
Dalam agama Islam, cinta kepada
Allah dikenal dengan istilah
Al Mahabbah atau Al
Wuddu. Yang mana dapat diartikan sebagai implementasi dari rasa hina dan
tunduk atasNya. Rasa ini akan menghasilkan suatu kepercayaan bahwa Allah itu
ada, dan selalu bersama kita.
Inilah tingkatan cinta tertinggi dalam
islam. Cinta pada utusan-utusanNya ada diurutan kedua.
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Ali Imran:31)
Sebagaimana cinta diartikan sebagai
bentuk kasih sayang antara dua insan, maka dalam Islam
juga terdapat cinta kepada suami yang termasuk juga taat dan patuh
kepadanya. Sebagai imam dan kepala rumah tangga seorang suami sudah sepantasnya
mendapat cinta dan kehormatan dari keluarganya.
Setelah itu semua, barulah cinta
kepada orang tua, sanak famili dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keberadaan cinta dan sifat jujur serta adil sangatlah berperan penting
dalam perkembangan karakter manusia. Bahkan Al Quran dan Hadist juga telah
menganjurkan sifat-sifat terpuji ini untuk menemani manusia dalam perjalanan
hidupnya.
Saran
1.
Makalah ini merupakan resume dari berbagai sumber, untuk lebih mendalami isi
makalah dapat dibaca dalam buku-buku rujukan yang tercantum dalam daftar
pustaka.
2.
Kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini sangat diharapkan
untuk penulisan makalah di masa-masa mendatang.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Duatnofa, Elita.2013.Move
On! , Cetakan pertama.Qultum Media.Jakarta
Gharib, Makmun..2012.Rabiah Al Adawiyah Cinta Allah dan Kerinduan Spiritual
Manusia, Edisi pertama.
Jakarta
Jasin, Maskoeri.2008.Ilmu
Alamiah Dasar, Cetakan kesebelas.Rajawali Press.Jakarta
Wedyawati, Nelly. Modul
Ilmu Alamiah Dasar2.pdf
Yunita, Dewi.Ilmu
Alamiah Dasar 1.pdf
one.indoskripsi.com
Langganan:
Postingan (Atom)
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances